[LOKER - LOKER INGATAN]
Setiap manusia memiliki otak yang terdiri dari berjuta juta sel. Dari setiap sel itu menyimpan bergiga byte informasi. Cara kerjanya mudah, sel itu bagaikan loker yang dengan mudah kita bisa isi dengan apa saja. Pun begitu, ketika kita sudah tidak menginginkan isi loker tersebut, tinggal ambil isi loker lama ganti dengan isi loker baru. Sesimpel itu cara kerja otak.
Jadi, sekarang kita bisa memahami mengapa ahli matematika kurang menguasai ilmu biologi, pun sebaliknya. Mereka para ahli itu mengisi loker - loker itu dengan sesuatu yang mereka ingin kuasai. Setiap orang tentu memiliki isi loker yang berbeda - beda.
Lalu bagaimana dengan urusan mencintai ? Pun sama, kita mengisi loker yang kita punyai dengan semua informasi tentang apa yang kita cintai. Tapi, kadangkala kita harus mengganti sebagian isi dari loker kita untuk diisi dengan apa yang kita cintai. Beruntung, kalau yang kita ganti adalah informasi - informasi buruk, seperti kenangan jatuh dari tangga misalnya. Sebaliknya, akan jadi susah kalau yang kita ganti justru informasi baik seperti kebiasaan membaca Al Qur'an.
Itulah mengapa urusan mencintai tak semudah urusan isi mengisi loker.
Setelah mencintai, ada fase dimana kita harus melupakan. Secara teori, mudah memang. Hanya mengambil isi loker yang ingin dilupakan lalu buang sejauh mungkin. Tapi, kenyataannya ah ini urusan yang tak kalah rumit. Ketika kita membuang isi loker, tentu beberapa loker akan kosong. Dalam ilmu seni, ini tidak memenuhi kaidah estestika bukan ? Untuk itulah, kita perlu tetap mengisi loker itu. Mengisi loker yang sebelumnya diisi dengan apa yang sangat kita cintai tentu harus dengan apa yang sangat kita cintai juga. Mencarinya ? Tidak mudah. Oleh karena itu, banyak yang mencoba melakukan berbagai hal untuk melupakan bahkan tak jarang yang melakukan hal konyol di luar akal. Membuang isi lokernya memang mudah, tapi tak lama kemudian isi itu sudah kembali pada tempatnya.
Untuk itulah, akan rumit ceritanya apabila kita mencintai namun belum siap me/dinikahi.