USBN – Intan Itu Bernama Jujur ~Angkatan sekolah dengan tahun lahir dipenghujung abad ke-20 lagi – lagi menjadi kelinci percobaan dari sebuah kebijakan pendidikan. Setelah sebelumnya menjadi kelinci percobaan penerapan kurikulum 2013, kali ini giliran format ujian baru kembali untuk pertama kali diterapkan ke angkatan ini. USBN. Ya. Setelah berbagai wacana dan polemik tentang penghapus Ujian Nasional karena dinilai sudah tidak relevan lagi untuk mengukur kemampuan siswa, akhirnya KEMENDIKBUD memutuskan untuk membuat ujian model baru, USBN. USBN ini menjadi salah satu disamping 3 ujian yang harus dijalani secara maraton oleh calon alumnus SMA, disamping US dan UN.
Ujian Nasional yang biasanya digunakan sebagai penentu kelulusan, kini penentu kelulusan diambil alih oleh USBN. Dengan 6 mata pelajaran. PAI,PKN,SEJARAH,FISIKA,KIMIA, DAN BIOLOGI. Pengalihan peran ini ke ujian berembel-embel sekolah dimaksudkan (katanya) agar guru mengambil peran sebagai pelulus peserta didik. Lalu disinilah awal mula semrawutnya pelaksanaan USBN. Dimanakah letak peran guru ? Pada pelaksanaannya butir soal ujian yang keluar banyak yang lewat dari kisi – kisi, selain itu guru-pun (disekolah saya) terlihat seperti mengesampingkan USBN, bisa dimaklumi karena gengsi nilai bagus UN masih menjadi magnet tersendiri sebagai daya tarik masyarakat. Ditambah lagi dengan rawannya soal USBN (Karena dibuat oleh daerah) menjadi jejak hitam pelaksanaan USBN.
Berkaca dari pelaksanaan UN tahun lalu, yang katanya sudah computer based test, yang katanya lagi hampir tidak mungkin terjadi kebocoran soal saja masih ada beberapa kebocoran soal yang terjadi. Lalu bagaimana dengan USBN yang baru saja dilaksanakan tahun ini ? KEMENDIKBUD dengan PD-nya menyatakan TIDAK ADA KEBOCORAN SOAL USBN. Ternyata fakta di lapangan menyatakan sebaliknya. Bahkan H-2 pelaksanaan USBN, naskah soal PAI sudah bocor, lengkap dengan kovernya. Beberapa netizen, termasuk saya, mencoba mengklarifikasi tentang kebocoran ini melalui twitter ke akun @kemdikbud_RI, namun @kemdikbud_RI terkesan tak tahu menahu tentang kebocoran ini. Janganakan dibalas “Ya, nanti kami akan periksa kondisi ke lapangan” laporan kami hanya di-read saja oleh @kemdikbud_RI. Bahkan keesokan harinya, @kemdikbud_RI menyatakan TIDAK ADA KEBOCORAN SOAL USBN. Bukankah dengan laporan yang ada, seharusnya @kemdikbud_RI untuk tidak membuat kalimat – kalimat pemanis penutup kesalahan ? Yang lebih miris lagi, akun @iputuhenry menjadi bahan bullyan di akun social media twitter setelah melaporkan possible leaks ini. Lalu apa tanggapan @kemdikbud_RI mengenai bullyan ini ? Akhirnya setelah ramai di media sosial, KEMENDIKBUD membuat statement terjadinya kebocoran KUNCI JAWABAN oleh 2 bimbel, seperti halnya dilansir oleh berbagai media massa. Lagi – lagi keanehan KEMENDIKBUD berlanjut, laporan yang kami berikan ialah kebocoran SOAL, bukan kebocoran KUNCI JAWABAN. Justru menjadi tidak logis jika yang bocor ialah kunci jawabannya karena, hanya 25% soal yang dibuat oleh KEMENDIKBUD pusat, dan 75% sisanya diberikan ke daerah. Buat apa membocorkan kunci jawaban kalau hanya ada kemungkinan 25% soal benar ?
Lalu bagaimanakah kondisi di lapangan ? Ya setiap hari selalu saja ada rilis soal USBN. Yang tentunya dipakai oleh beberapa peserta didik yang berniat berbuat curang. Mereka berani melakukan ini karena, ya memang engga 1-2 orang saja yang melakukannya, tapi nyaris 80% siswa melakukannya. Yang menambah miris lagi, guru yang seharusnya menjadi pedoman dan teladan siswa – Yang hampir setiap mau ulangan, ngomong LEBIH BAIK NILAI JELEK DARI PADA NILAI BAGUS HASIL CURANG -, malah terkesan meng-halalkan hal ini. Buktinya ? Ada teman saya yang nanya soal bocoran ke guru yang bersangkutan, Lalu respon gurunya pun hanya datar saja, (Padahal mereka tahu, ini soal bocor) tidak memberi sanksi yang biasanya digembor-gemborkan itu.
Kasus kebocoran soal ini tentunya memberikan efek domino, kepada siswa – siswa yang jujur, mental mereka down. Karena susah – susah belajar tapi mayoritas dari temannya dengan mudah mengerjakan soal tersebut. Dan yang masih menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, mereka hanya mau melihat hasil dari tinta di selembar ijazah saja, tidak mau melihat perjuangan dibalik tinta tersebut. Jadi, peserta didik yang berani jujur merasa kalau yang dilakukan ini percuma karena toh nanti orang – orang lihatnya dari nilainya saja, bukan prosesnya.
Melihat fenomena kebocoran USBN ini, menyimpakkan fakta bahwa, kejujuran di negeri ini masih sangatlah langka. Jangankan bermimpi untuk INDONESIA BERSIH KORUPSI, bermimpilah jauh – jauh, karena peserta didik, yang dipersiapkan untuk menjadi penerus bangsa pun dipersiapkan untuk menjadi mental pecundang.
Salah siapakah ini ? Salah kita semua.
05 April 2017
Muhammad HA
Ujian Nasional yang biasanya digunakan sebagai penentu kelulusan, kini penentu kelulusan diambil alih oleh USBN. Dengan 6 mata pelajaran. PAI,PKN,SEJARAH,FISIKA,KIMIA, DAN BIOLOGI. Pengalihan peran ini ke ujian berembel-embel sekolah dimaksudkan (katanya) agar guru mengambil peran sebagai pelulus peserta didik. Lalu disinilah awal mula semrawutnya pelaksanaan USBN. Dimanakah letak peran guru ? Pada pelaksanaannya butir soal ujian yang keluar banyak yang lewat dari kisi – kisi, selain itu guru-pun (disekolah saya) terlihat seperti mengesampingkan USBN, bisa dimaklumi karena gengsi nilai bagus UN masih menjadi magnet tersendiri sebagai daya tarik masyarakat. Ditambah lagi dengan rawannya soal USBN (Karena dibuat oleh daerah) menjadi jejak hitam pelaksanaan USBN.
Berkaca dari pelaksanaan UN tahun lalu, yang katanya sudah computer based test, yang katanya lagi hampir tidak mungkin terjadi kebocoran soal saja masih ada beberapa kebocoran soal yang terjadi. Lalu bagaimana dengan USBN yang baru saja dilaksanakan tahun ini ? KEMENDIKBUD dengan PD-nya menyatakan TIDAK ADA KEBOCORAN SOAL USBN. Ternyata fakta di lapangan menyatakan sebaliknya. Bahkan H-2 pelaksanaan USBN, naskah soal PAI sudah bocor, lengkap dengan kovernya. Beberapa netizen, termasuk saya, mencoba mengklarifikasi tentang kebocoran ini melalui twitter ke akun @kemdikbud_RI, namun @kemdikbud_RI terkesan tak tahu menahu tentang kebocoran ini. Janganakan dibalas “Ya, nanti kami akan periksa kondisi ke lapangan” laporan kami hanya di-read saja oleh @kemdikbud_RI. Bahkan keesokan harinya, @kemdikbud_RI menyatakan TIDAK ADA KEBOCORAN SOAL USBN. Bukankah dengan laporan yang ada, seharusnya @kemdikbud_RI untuk tidak membuat kalimat – kalimat pemanis penutup kesalahan ? Yang lebih miris lagi, akun @iputuhenry menjadi bahan bullyan di akun social media twitter setelah melaporkan possible leaks ini. Lalu apa tanggapan @kemdikbud_RI mengenai bullyan ini ? Akhirnya setelah ramai di media sosial, KEMENDIKBUD membuat statement terjadinya kebocoran KUNCI JAWABAN oleh 2 bimbel, seperti halnya dilansir oleh berbagai media massa. Lagi – lagi keanehan KEMENDIKBUD berlanjut, laporan yang kami berikan ialah kebocoran SOAL, bukan kebocoran KUNCI JAWABAN. Justru menjadi tidak logis jika yang bocor ialah kunci jawabannya karena, hanya 25% soal yang dibuat oleh KEMENDIKBUD pusat, dan 75% sisanya diberikan ke daerah. Buat apa membocorkan kunci jawaban kalau hanya ada kemungkinan 25% soal benar ?
Lalu bagaimanakah kondisi di lapangan ? Ya setiap hari selalu saja ada rilis soal USBN. Yang tentunya dipakai oleh beberapa peserta didik yang berniat berbuat curang. Mereka berani melakukan ini karena, ya memang engga 1-2 orang saja yang melakukannya, tapi nyaris 80% siswa melakukannya. Yang menambah miris lagi, guru yang seharusnya menjadi pedoman dan teladan siswa – Yang hampir setiap mau ulangan, ngomong LEBIH BAIK NILAI JELEK DARI PADA NILAI BAGUS HASIL CURANG -, malah terkesan meng-halalkan hal ini. Buktinya ? Ada teman saya yang nanya soal bocoran ke guru yang bersangkutan, Lalu respon gurunya pun hanya datar saja, (Padahal mereka tahu, ini soal bocor) tidak memberi sanksi yang biasanya digembor-gemborkan itu.
Kasus kebocoran soal ini tentunya memberikan efek domino, kepada siswa – siswa yang jujur, mental mereka down. Karena susah – susah belajar tapi mayoritas dari temannya dengan mudah mengerjakan soal tersebut. Dan yang masih menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, mereka hanya mau melihat hasil dari tinta di selembar ijazah saja, tidak mau melihat perjuangan dibalik tinta tersebut. Jadi, peserta didik yang berani jujur merasa kalau yang dilakukan ini percuma karena toh nanti orang – orang lihatnya dari nilainya saja, bukan prosesnya.
Melihat fenomena kebocoran USBN ini, menyimpakkan fakta bahwa, kejujuran di negeri ini masih sangatlah langka. Jangankan bermimpi untuk INDONESIA BERSIH KORUPSI, bermimpilah jauh – jauh, karena peserta didik, yang dipersiapkan untuk menjadi penerus bangsa pun dipersiapkan untuk menjadi mental pecundang.
Salah siapakah ini ? Salah kita semua.
05 April 2017
Muhammad HA
0 komentar:
Posting Komentar