Ketika Aku Jatuh Cinta ~ Aku seperti kalian, remaja Indonesia, kelas 12 SMA. Aku seperti kalian, normal, bermain, belajar, mengerjakan tugas yang numpuk. Aku seperti kalian, takut mendapat nilai jelek saat ulangan, takut kepada ganasnya kakak kelas saat MOS. Aku hanyalah remaja biasa yang menghabiskan waktu SMA ku dengan berusaha meraih prestasi setinggi mungkin, lagi - lagi seperti kalian.
Tapi..
Entah mengapa untuk sebuah hal yang kata orang orang di luar sana memanggilnya dengan sebutan 'cinta', aku terlihat aneh. Bahkan kadang - kadang teman - temanku menanyakan beberapa pertanyaan yang menggeletik, seperti :
Level 1. Adz, Kamu pernah pacaran ?
Tak ada yang aneh biasa. Jawab "tidak" normal, Jawab "Pernah" juga seperti remaja umumnya, remaja seusiaku.
Level 2. Adz, kamu pernah jatuh cinta ?
Sedikit berat, namun masih normal. Remaja sepertiku yang mungkin bersifat apatis kepada lawan jenis, karena emang aku ingin menghabiskan masa sendiri ku dengan meraih prestasi sebaik - baiknya, jawaban "Tidak" masih sangat normal. Namun apabila aku jawab "Iya", normal juga, karena yang orang diluar katakan dengan "cinta" juga sifat fitrah yang ada dalam diri manusia. Tak dapat dicegah, namun dapat dimanage, dan diatur mau dibawa kemana rasa tersebut oleh kita. Masih normal.
Level 3, Adz, Kamu bisa ngga sih jatuh cinta ?
Pertanyaan yang cukup menggelitik bagiku, pertanyaan yang selalu buat aku senyam senyum sendiri ketika aku mengingatnya. Ku katakan, aku masih normal, seperti kalian bisa merasakan rasa tersebut. Ada - ada saja.
Level 4. Adz, Kamu maho ya ?
WTF. Ada - ada saja. Mungkin karena aku memang over dekat sepertinya sama cowok. Namun aku befikir simple, toh selama aku ngga melanggar aturan agama, whats wrong. Toh daripada aku deket sama cewek yang kata orang orang diluar sana terlihat keren, tapi toh itu hanya hubungan semu, yang belum jelas apakah nanti akan dipersatukan dalam sebuah ikatan agama, pernikahan atau tidak.
Ketika ditanya dengan nomer 2, sungguh aku tak tau jawaban pasti dari diriku. Aku memang pernah mengagumi sesorang, tapi memang hanya sekedar kagum saja. Kagum dengan kepribadiannya, kekalemannya, kesholehannya, kerajinannya, kerapiannya. Tak lebih dari sekedar itu.
"Ah itu tah sama aja suka adz,, pacaran aja cuss... "
Pacaran ? aku berbalik nanya, apa sih sebenarnya definisi pasti dari pacaran itu ? yang sering jalan dibilang pacaran, yang sering ketemu dibilang pacaran, bahkan belakangan definisi pacaran bergeser makna ke bahasa yang lebih halus, seperti sahabat, specialfriend, atau apapun itu, dibuat sedemikian rupa sehingga ada stigma "ahh cuma teman kok.." Ya memang pacaran sebenarnya tak ada definisi yang pasti. Tak ada ukuran yang jelas sepasang cowok-cewek dibilang sedang menjalani hubungan pacaran.
Banyak diantara kita bangga memiliki pacaran yang sholeh-ah. Pacar yang selalu siap siaga membangunkan kita untuk tahajjud, pacara yang selalu mengingatkan kita untuk Sholat Dhuha, pacar yang menghadiahkan Al - Qur'an saat kita ulang tahun. Tak ada pacar yang sholeh - ah, sebaik baiknya pacar, jika dia muslim - ah, dia sudah melanggar ayat nya sendiri, kitab yang diyakini, Al Qur'an. Sudah sangat jelas Allah berfirman “Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Isra [17]: 32).
Cara memulai hubungan pacaran bermacam - macam, ada yang emang sudah klop, ada cowok yang rela melakukan segala cara demi meraih cinta dari sang pujaan hati, dan cara yang lainnya, yang tidak dapat aku imajinasikan karena memang aku belum berpengalaman dibidangnya hehe.. Lalu setelah memulai hubungan, dalam perjalananya pun bermacam - macam prosesnya. Ada yang mulus sperti jalan tol, ada yang hari ini marahan besok baikan, ada yang semakin hari semakin baik hubungannya, ada pula yang bak roller coaster, kadang baik dan kadang buruk, ada pula yang menjadi trending topic disekolahnya, melegenda hingga 7 angkatan, menjadi pembicaraan di sana sini, bak kisah cinta Siti Nurbaya.
Tapi apakah untuk mengekspresikan rasa cinta itu hanya dapat ditempuh dengan beratnya perjuangan menjaga hubungan "ilegal" tersebut. Mungkin kita lupa, atau emang sengaja lupa, Ada kisah cinta yang melegenda, yang benar benar menggambarkan cinta kasih dua insan. Bahkan kisah ini diabadikan di kitab suci. Kisah antara Nabi Ibrahim dan Ismail. maupun Kisah cinta antara Nabi Yusuf dengan Istrinya Zulaikha. Cinta yang dilandasi keimanan. Cinta yang dilandasi agama.
Lalu bagaiman kita mengikutinya ? Cinta dalam diam solusinya. Mungkin banyak yang beranggapan "Ahh kalau dalam diam nanti gimana kita mendapatkannya" Dalam diam yang dimaksud di sini bukanlah kita diam seterus - terusnya, namun berusaha untuk menjaga sucinya perasaan tersebut hingga datang waktu yang tepat, waktu dimana kita sudah mapan, waktu dimana kita sudah siap mengarungi bahtera kehidupan yang baru. Kini.. berusaha yang sebaik mungkin, memoles diri, agar terlihat pantas kelak jika memang Tuhan mengamanahkannya untuk kita.
Untuk kita yang sudah berkomitmen untuk tidak pacaran, pastinya akan memiliki banyak rintangan dan ujian dari lingkungan pergaulan kita sendiri. Malam minggu sepi, HP isi chat grup tok. Tak ada teman jalan. Kemana - mana sendiri. Tapi bersyukurlah, ingatlah banyak juga pasangan cowok - cewek yang awalnya romantis, kemana - mana berdua, duduk berdua, jalan berdua, makan berdua, nonton berdua, ahh apa - apa pokoknya berdua, kini malah mereka berusaha dengan keras melupakan moment tersebut, sibuk menghapus foto - foto di wall medsos mereka, sibuk menghapus chat mereka, sibuk curhat sana sini, berusaha melupakan. Beruntunglah kita yang tidak melewati fase - fase seperti itu. Kita dapat melakukan berbagai hal bermanfaat yang lainnya, seperti belajar,berusaha mencapai prestasi tertinggi, berusaha berbenah menjadi pribadi yang lebih baik, agar nanti pada saatnya dapat menemukan jodoh yang baik, jodoh yang tak sekedar peneman dalam kesepian, namun jodoh yang membing kita, yang menemani kita untuk mencapai ridho dan Syurga-Nya.
Bonus :
Tapi..
Entah mengapa untuk sebuah hal yang kata orang orang di luar sana memanggilnya dengan sebutan 'cinta', aku terlihat aneh. Bahkan kadang - kadang teman - temanku menanyakan beberapa pertanyaan yang menggeletik, seperti :
Level 1. Adz, Kamu pernah pacaran ?
Tak ada yang aneh biasa. Jawab "tidak" normal, Jawab "Pernah" juga seperti remaja umumnya, remaja seusiaku.
Level 2. Adz, kamu pernah jatuh cinta ?
Sedikit berat, namun masih normal. Remaja sepertiku yang mungkin bersifat apatis kepada lawan jenis, karena emang aku ingin menghabiskan masa sendiri ku dengan meraih prestasi sebaik - baiknya, jawaban "Tidak" masih sangat normal. Namun apabila aku jawab "Iya", normal juga, karena yang orang diluar katakan dengan "cinta" juga sifat fitrah yang ada dalam diri manusia. Tak dapat dicegah, namun dapat dimanage, dan diatur mau dibawa kemana rasa tersebut oleh kita. Masih normal.
Level 3, Adz, Kamu bisa ngga sih jatuh cinta ?
Pertanyaan yang cukup menggelitik bagiku, pertanyaan yang selalu buat aku senyam senyum sendiri ketika aku mengingatnya. Ku katakan, aku masih normal, seperti kalian bisa merasakan rasa tersebut. Ada - ada saja.
Level 4. Adz, Kamu maho ya ?
WTF. Ada - ada saja. Mungkin karena aku memang over dekat sepertinya sama cowok. Namun aku befikir simple, toh selama aku ngga melanggar aturan agama, whats wrong. Toh daripada aku deket sama cewek yang kata orang orang diluar sana terlihat keren, tapi toh itu hanya hubungan semu, yang belum jelas apakah nanti akan dipersatukan dalam sebuah ikatan agama, pernikahan atau tidak.
Ketika ditanya dengan nomer 2, sungguh aku tak tau jawaban pasti dari diriku. Aku memang pernah mengagumi sesorang, tapi memang hanya sekedar kagum saja. Kagum dengan kepribadiannya, kekalemannya, kesholehannya, kerajinannya, kerapiannya. Tak lebih dari sekedar itu.
"Ah itu tah sama aja suka adz,, pacaran aja cuss... "
Pacaran ? aku berbalik nanya, apa sih sebenarnya definisi pasti dari pacaran itu ? yang sering jalan dibilang pacaran, yang sering ketemu dibilang pacaran, bahkan belakangan definisi pacaran bergeser makna ke bahasa yang lebih halus, seperti sahabat, specialfriend, atau apapun itu, dibuat sedemikian rupa sehingga ada stigma "ahh cuma teman kok.." Ya memang pacaran sebenarnya tak ada definisi yang pasti. Tak ada ukuran yang jelas sepasang cowok-cewek dibilang sedang menjalani hubungan pacaran.
Banyak diantara kita bangga memiliki pacaran yang sholeh-ah. Pacar yang selalu siap siaga membangunkan kita untuk tahajjud, pacara yang selalu mengingatkan kita untuk Sholat Dhuha, pacar yang menghadiahkan Al - Qur'an saat kita ulang tahun. Tak ada pacar yang sholeh - ah, sebaik baiknya pacar, jika dia muslim - ah, dia sudah melanggar ayat nya sendiri, kitab yang diyakini, Al Qur'an. Sudah sangat jelas Allah berfirman “Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Isra [17]: 32).
Cara memulai hubungan pacaran bermacam - macam, ada yang emang sudah klop, ada cowok yang rela melakukan segala cara demi meraih cinta dari sang pujaan hati, dan cara yang lainnya, yang tidak dapat aku imajinasikan karena memang aku belum berpengalaman dibidangnya hehe.. Lalu setelah memulai hubungan, dalam perjalananya pun bermacam - macam prosesnya. Ada yang mulus sperti jalan tol, ada yang hari ini marahan besok baikan, ada yang semakin hari semakin baik hubungannya, ada pula yang bak roller coaster, kadang baik dan kadang buruk, ada pula yang menjadi trending topic disekolahnya, melegenda hingga 7 angkatan, menjadi pembicaraan di sana sini, bak kisah cinta Siti Nurbaya.
Tapi apakah untuk mengekspresikan rasa cinta itu hanya dapat ditempuh dengan beratnya perjuangan menjaga hubungan "ilegal" tersebut. Mungkin kita lupa, atau emang sengaja lupa, Ada kisah cinta yang melegenda, yang benar benar menggambarkan cinta kasih dua insan. Bahkan kisah ini diabadikan di kitab suci. Kisah antara Nabi Ibrahim dan Ismail. maupun Kisah cinta antara Nabi Yusuf dengan Istrinya Zulaikha. Cinta yang dilandasi keimanan. Cinta yang dilandasi agama.
Lalu bagaiman kita mengikutinya ? Cinta dalam diam solusinya. Mungkin banyak yang beranggapan "Ahh kalau dalam diam nanti gimana kita mendapatkannya" Dalam diam yang dimaksud di sini bukanlah kita diam seterus - terusnya, namun berusaha untuk menjaga sucinya perasaan tersebut hingga datang waktu yang tepat, waktu dimana kita sudah mapan, waktu dimana kita sudah siap mengarungi bahtera kehidupan yang baru. Kini.. berusaha yang sebaik mungkin, memoles diri, agar terlihat pantas kelak jika memang Tuhan mengamanahkannya untuk kita.
Untuk kita yang sudah berkomitmen untuk tidak pacaran, pastinya akan memiliki banyak rintangan dan ujian dari lingkungan pergaulan kita sendiri. Malam minggu sepi, HP isi chat grup tok. Tak ada teman jalan. Kemana - mana sendiri. Tapi bersyukurlah, ingatlah banyak juga pasangan cowok - cewek yang awalnya romantis, kemana - mana berdua, duduk berdua, jalan berdua, makan berdua, nonton berdua, ahh apa - apa pokoknya berdua, kini malah mereka berusaha dengan keras melupakan moment tersebut, sibuk menghapus foto - foto di wall medsos mereka, sibuk menghapus chat mereka, sibuk curhat sana sini, berusaha melupakan. Beruntunglah kita yang tidak melewati fase - fase seperti itu. Kita dapat melakukan berbagai hal bermanfaat yang lainnya, seperti belajar,berusaha mencapai prestasi tertinggi, berusaha berbenah menjadi pribadi yang lebih baik, agar nanti pada saatnya dapat menemukan jodoh yang baik, jodoh yang tak sekedar peneman dalam kesepian, namun jodoh yang membing kita, yang menemani kita untuk mencapai ridho dan Syurga-Nya.
Bonus :
Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada
seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu, agar
bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku
padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu
Ya Allah, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku
menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
Ya Rabbana, jika aku jatuh hati, jagalah hatiku
padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.
Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku pada
seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.
Ya Allah, jika aku rindu, jagalah rinduku padanya agar
tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.
Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya
bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu, jangan
biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan
panjang menyeru manusia kepada-Mu.
Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan
aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
wkokwokwkok latiham nulis bor
BalasHapus